62 Naskah dalam pertunjukan teater ialah. a. buku petunjuk untuk menjalankan suatu cerita b. buku cerita asli yang dikarang oleh penulis c. karangan cerita drama yang berisi ucapan, keadaan mimic tokoh, setting, serta penjelasan-penjelasan lain dalam pementasan d. lembaran-lembaran yang berisi catatan-catatan selama pertunjukkan teater
Teater merupakan salah satu seni peran yang dipentaskan di panggung untuk ditonton umum. Seperti apa awal kemunculan dan perkembangannya? - Kids, pernahkah kamu menyaksikan pentas atau pertunjukan teater? Teater merupakan salah satu jenis pertunjukan seni peran yang ditampilkan di atas panggung dengan membawakan cerita atau skenario tertentu. Teater merupakan salah satu jenis seni yang cukup populer dan banyak digemari oleh para penikmat seni yang menyukai keindahan yang menyentuh hati. Teater menggunakan bakat atau kemampuan aktris atau aktornya untuk melakukan berbagai adegan yang memerlukan kemampuan akting, bernyanyi, menari mengikuti koreografi, dan masih banyak lagi. Istilah teater berasal dari kosa kata bahasa Yunani yaitu theatron yang berarti tempat untuk menonton. Umumnya teater akan dipentaskan di atas panggung atau gedung yang bisa digunakan untuk pementasan drama dengan dekorasi yang menyusaikan skenario drama yang dibuat. Lalu, seperti apakah sejarah kemunculn seni teater yang populer di seluruh dunia ini? Yuk, simak uraian penjelasan lengkapnya di bawah ini, Kids. Sejarah Kemunculan Seni Teater Meski enggak ada sumber tepat kapan pertama kalinya seni teater muncul atau ditemukan, sejarah mencatat temuan tentang naskah teater pada masa lampau. Dilansir dari temuan naskah teater tertua merupakan karya seorang pendeta Mesir bernama I Kher-nefert yang berasal dari peradaban Mesir Kuno sekitar SM. Pada masa itu peradaban Mesir sudah menjadi peradaban maju karena masyarakat Mesir Kuno kala itu sudah mengenal pembangunan piramida dan mengenal sistem pengairan atau irigasi. Baca Juga Pementasan Drama Mengenal Struktur dan Kaidah Kebahasaannya Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya. PROMOTED CONTENT Video Pilihan

tengahbangsanya, dalam khazanah cerita rakyat betawi terdapat sebuah cerita yang terkenal yaitu nyai dasima ketenaran cerita ini dapat dibuktikan dengan kemunculan dalam berbagai bentuk prosa novel bacaan anak anak puisi syair pantun drama komedie stamboel miss riboet film dan sinetron , sinopsis cerita film diambil dari sebuah buku karangan g

Riantriarno dengan grup teater koma dan masih banyak lagi grup teater lainnya. Untuk di indonesia sendiri teater adalah salah satu bentuk kebudayaan yang dimana disajikan oleh sekelompok orang di hadapan khalayak ramai. Http Lib Unnes Ac Id 41478 1 2401415057 Pdf Kemuculan banyak naskah teater yaitu pada banyak naskah teater yaitu pada periode. Jenis teater klasik lebih terbatas dan berawal dari teater boneka dan wayang orang. Jenis teater yang satu ini biasa disebut juga teater non tradisional yakni pertunjukan dimana adegan pada pementasannya berdasarkan naskah yang sudah dibuat sebelumnya. Teater dalam arti sempit adalah sebagai drama kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas disaksikan orang banyak dan didasarkan pada naskah yang tertulis. Asal usul drama di indonesia seperti yang berkembang di dunia pada umumnya di indonesia pun awalnya ada dua jenis teater yaitu teater klasik yang lahir dan berkembang dengan ketat di lingkungan istana dan teater rakyat. Rendra dengan grup teater rendra n. Periode di mana banyak kisah saduran dan terjemahan mulai banyak dipentaskan adalah. Kemunculan banyak naskah teater yaitu pada periode. Tokoh yang muncul dalam periode ini di antaranya teguh karya dengan grup teater populer w s. Sejarah pada masa yunani klasik. Periode dimana saat itu banyak cerita saduran dan terjemahan mulai banyak dipentaskan adalah. Tidak hanya itu berbagai naskah dan adegannya bisa juga diambil dari kehidupan sehari hari hingga dari sebuah karya sastra. Selain teori dan penjelasan mengenai naskah teater pertama di dunia tersebut ada juga beberapa sejarah teater di berbagai kawasan dan negara yang berhasil dilacak. Proses penjadian drama ke teater disebut prose teater atau disingkat berteater. Kemuculan banyak naskah teater yaitu pada periode. Pada periode ini juga ditandai dengan banyaknya penulis cerita lakon yang berperan ganda sebagai sutradara. Kemunculan banyak naskah teater yaitu pada periode a. Periode di mana banyak cerita saduran dan terjemahan mulai banyak dipentaskan adalah. Di antaranya adalah berikut ini. Teater bisa diartikan dengan dua cara yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Menurut versi peradaban yunani klasik seni pertunjukan teater untuk pertama kalinya digelar pada sekitar 2300. Bila dimaknai dalam arti luas teater ialah sebuah drama atau kisah kehidupan manusia yang kemudian di pentaskan di atas panggung ditujukan untuk menjadi hiburan bagi banyak orang dengan didasarkan pada naskah tertulis dan di dukung oleh nyanyian tarian. Https Ejournal Bsi Ac Id Ejurnal Index Php Wanastra Issue Download 206 147 Http Eprints Ulm Ac Id 5483 2 7 20developing 20education 20on 20nationalism 20values 20 28belum 20edit 29 Pdf Http Digilib Isi Ac Id 3711 7 Jurnal 20handri 20saputra Pdf Https Journal Uinmataram Ac Id Index Php Sangkep Article Download 934 510 Https Library Moestopo Ac Id Index Php P Fstream Pdf Fid 2646 Bid 41616 Http Digilib Unhas Ac Id Uploaded Files Temporary Digitalcollection Ymezmtrjyza0mmq0yzljodc4nzmymdg1zjkwnwi5odqxzgvizgqxzq Pdf Http Tby Jogjaprov Go Id Assets Uploadsck Files Isi 20maje 20edisi 203 20 202019 20 Website Pdf Http Download Garuda Ristekdikti Go Id Article Php Article 1704577 Val 18508 Title Monas 20sebagai 20simbol 20perjuangan 20bangsa 20indonesia Https Journal Uny Ac Id Index Php Istoria Article Download 26487 12567 Http Ejurnalpatanjala Kemdikbud Go Id Patanjala Index Php Patanjala Article Download 8 Pdf 1 Https Jurnal Ugm Ac Id Jks Article Download 53727 29482 Penjelasan Dan Sejarah Seni Teater Nusantara Halaman All Kompas Com Https Journal Ipm2kpe Or Id Index Php Kaganga Article Download 414 270 Https Media Neliti Com Media Publications 27177 Id Program Acara Kesenian Tradisional Di Radio Swasta Lokal Di Diy Studi Komparatif Pdf Https Jurnal Unej Ac Id Index Php Lit Article Download 5596 4168 Https Ejournal Bsi Ac Id Ejurnal Index Php Jkom Issue Download 255 229 Https Jurnal Ugm Ac Id Lembaran Sejarah Article Download 59523 29098 Soal Dan Jawaban Seni Budaya Kelas Xi Semester 1 Kurikulum 2013 Pilihan Ganda Sma Smk Part 2 Bank Soal Https Www Esaunggul Ac Id Wp Content Uploads 2019 03 8 Kultivasi Media Dan Peran Orangtua Aktualisasi Teori Kultivasi Dan Teori Peran Dalam Situasi Kekinian Pdf
TeaterIndonesia tahun 1920-an. Teater pada masa kesusasteraaan angkatan Pujangga Baru kurang berarti jika dilihat dari konteks sejarah teater modern Indonesia tetapi cukup penting dilihat dari sudut kesusastraan. Naskah-naskah drama tersebut belum mencapai bentuk sebagai drama karena masih menekankan unsur sastra dan sulit untuk dipentaskan. Drama-drama
Sejarah Perkembangan Teater Di Indonesia Berikut ini adalah sejarah perkembangan teater di Indonesia 1. Teater Tradisional Kasim Achmad dalam bukunya Mengenal Teater Tradisional di Indonesia 2006 mengatakan, sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada zaman itu, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak digunakan untuk mendukung upacara ritual. Teater tradisional merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat kita. Pada saat itu, yang disebut “teater”, sebenarnya baru merupakan unsur-unsur teater, dan belum merupakan suatu bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah melepaskan diri dari kaitan upacara, unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang lahir dari spontanitas rakyat dalam masyarakat lingkungannya. Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbedabeda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir. Macammacam teater tradisional Indonesia adalah wayang kulit, wayang wong, ludruk , lenong, randai, drama gong, arja, ubrug, ketoprak, dan sebagainya. 2. Teater Transisi Modern Teater transisi adalah penamaan atas kelompok teater pada periode saat teater tradisional mulai mengalami perubahan karena pengaruh budaya lain. Kelompok teater yang masih tergolong kelompok teater tradisional dengan model garapan memasukkan unsur-unsur teknik teater Barat, dinamakan teater bangsawan. Perubahan tersebut terletak pada cerita yang sudah mulai ditulis, meskipun masih dalam wujud cerita ringkas atau outline story garis besar cerita per adegan. Cara penyajian cerita dengan menggunakan panggung dan dekorasi. Mulai memperhitungkan teknik yang mendukung pertunjukan. Pada periode transisi inilah teater tradisional berkenalan dengan teater non-tradisi. Selain pengaruh dari teater bangsawan, teater tradisional berkenalan juga dengan teater Barat yang dipentaskan oleh orang-orang Belanda di Indonesia sekitar tahun 1805 yang kemudian berkembang hingga di Betawi Batavia dan mengawali berdirinya gedung Schouwburg pada tahun 1821 Sekarang Gedung Kesenian Jakarta. Perkenalan masyarakat Indonesia pada teater non-tradisi dimulai sejak Agust Mahieu mendirikan Komedie Stamboel di Surabaya pada tahun 1891, yang pementasannya secara teknik telah banyak mengikuti budaya dan teater Barat Eropa, yang pada saat itu masih belum menggunakan naskah drama/lakon. Dilihat dari segi sastra, mulai mengenal sastra lakon dengan diperkenalkannya lakon yang pertama yang ditulis oleh orang Belanda yang berjudul Lelakon Raden Beij Soerio Retno, pada tahun 1901. Kemudian disusul oleh Lauw Giok Lan lewat Karina Adinda, Lelakon Komedia Hindia Timoer 1913, dan lain-lainnya, yang menggunakan bahasa Melayu Rendah. Setelah Komedie Stamboel didirikan muncul kelompok sandiwara seperti Sandiwara Dardanella The Malay Opera Dardanella yang didirikan Willy Klimanoff alias A. Pedro pada tanggal 21 Juni 1926. Kemudian lahirlah kelompok sandiwara lain, seperti Opera Stambul, Komidi Bangsawan, Indra Bangsawan, Sandiwara Orion, Opera Abdoel Moeloek, Sandiwara Tjahaja Timoer, dan lain sebagainya. Pada masa teater transisi belum muncul istilah teater. Yang ada adalah sandiwara. Karenanya rombongan teater pada masa itu menggunakan nama sandiwara, sedangkan cerita yang disajikan dinamakan drama. Sampai pada Zaman Jepang dan permulaan Zaman Kemerdekaan, istilah sandiwara masih sangat populer. Istilah teater bagi masyarakat Indonesia baru dikenal setelah Zaman Kemerdekaan. 3. Teater Indonesia tahun 1920-an Teater pada masa kesusasteraaan angkatan Pujangga Baru kurang berarti jika dilihat dari konteks sejarah teater modern Indonesia tetapi cukup penting dilihat dari sudut kesusastraan. Naskah-naskah drama tersebut belum mencapai bentuk sebagai drama karena masih menekankan unsur sastra dan sulit untuk dipentaskan. Drama-drama Pujangga Baru ditulis sebagai ungkapan ketertekanan kaum intelektual dimasa itu karena penindasan pemerintahan Belanda yang amat keras terhadap kaum pergerakan sekitar tahun 1930-an. Bentuk sastra drama yang pertamakali menggunakan bahasa Indonesia dan disusun dengan model dialog antar tokoh dan berbentuk sajak adalah Bebasari artinya kebebasan yang sesungguhnya atau inti kebebasan karya Rustam Efendi 1926. Lakon Bebasari merupakan sastra drama yang menjadi pelopor semangat kebangsaan. Lakon ini menceritakan perjuangan tokoh utama Bujangga, yang membebaskan puteri Bebasari dari niat jahat Rahwana. Penulis lakon lainnya, yaitu Sanusi Pane menulis Kertajaya 1932 dan Sandyakalaning Majapahit 1933 Muhammad Yamin menulis Ken Arok dan Ken Dedes 1934. Armiijn Pane mengolah roman Swasta Setahun di Bedahulu karangan I Gusti Nyoman Panji Tisna menjadi naskah drama. Nur Sutan Iskandar menyadur karangan Molliere, dengan judul Si Bachil. Imam Supardi menulis drama dengan judul Keris Mpu Gandring. Dr. Satiman Wirjosandjojo menulis drama berjudul Nyai Blorong. Mr. Singgih menulis drama berjudul Hantu. Lakonlakon ini ditulis berdasarkan tema kebangsaan, persoalan, dan harapan serta misi mewujudkan Indonesia sebagai negara merdeka. Penulis-penulis ini adalah cendekiawan Indonesia, menulis dengan menggunakan bahasa Indonesia dan berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Bahkan Presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno, pada tahun 1927 menulis dan menyutradarai teater di Bengkulu saat di pengasingan. Beberapa lakon yang ditulisnya antara lain, Rainbow, Krukut Bikutbi, dan Dr. Setan. 4. Teater Indonesia tahun 1940-an Semua unsur kesenian dan kebudayaan pada kurun waktu penjajahan Jepang dikonsentrasikan untuk mendukung pemerintahan totaliter Jepang. Segala daya kreasi seni secara sistematis di arahkan untuk menyukseskan pemerintahan totaliter Jepang. Namun demikian, dalam situasi yang sulit dan gawat serupa itu, dua orang tokoh, yaitu Anjar Asmara dan Kamajaya masih sempat berpikir bahwa perlu didirikan Pusat Kesenian Indonesia yang bertujuan menciptakan pembaharuan kesenian yang selaras dengan perkembangan zaman sebagai upaya untuk melahirkan kreasi – kreasi baru dalam wujud kesenian nasional Indonesia. Maka pada tanggal 6 oktober 1942, di rumah Bung Karno dibentuklah Badan Pusat Kesenian Indonesia dengan pengurus sebagai berikut, Sanusi Pane Ketua, Mr. Sumanang Sekretaris, dan sebagai anggota antara lain, Armijn Pane, Sutan Takdir Alisjabana, dan Kama Jaya. Badan Pusat Kesenian Indonesia bermaksud menciptakan kesenian Indonesia baru, di antaranya dengan jalan memperbaiki dan menyesuaikan kesenian daerah menuju kesenian Indonesia baru. Langkah-langkah yang telah diambil oleh Badan Pusat Kesenian Indonesia untuk mewujudkan cita-cita kemajuan kesenian Indonesia, ternyata mengalami hambatan yang datangnya dari barisan propaganda Jepang, yaitu Sendenbu yang membentuk badan perfilman dengan nama Djawa Eiga Kosy’, yang dipimpin oleh orang Jepang S. Oya. Intensitas kerja Djawa Eiga Kosya yang ingin menghambat langkah Badan Pusat Kesenian Indonesia nampak ketika mereka membuka sekolah tonil dan drama Putra Asia, Ratu Asia, Pendekar Asia, yang kesemuanya merupakan corong propaganda Jepang. Dalam masa pendudukan Jepang kelompok rombongan sandiwara yang mula-mula berkembang adalah rombongan sandiwara profesional. Dalam kurun waktu ini semua bentuk seni hiburan yang berbau Belanda lenyap karena pemerintah penjajahan Jepang anti budaya Barat. Rombongan sandiwara keliling komersial, seperti misalnya Bintang Surabaya, Dewi Mada, Mis Ribut, Mis Tjitjih, Tjahaya Asia, Warna Sari, Mata Hari, Pancawarna, dan lain-lain kembali berkembang dengan mementaskan cerita dalam bahasa Indonesia, Jawa, maupun Sunda. Rombongan sandiwara Bintang Surabaya tampil dengan aktor dan aktris kenamaan, antara lain Astaman, Tan Ceng Bok Si Item, Ali Yugo, Fifi Young, Dahlia, dan sebagainya. Pengarang Nyoo Cheong Seng, yang dikenal dengan nama samarannya Mon Siour D’amour ini dalam rombongan sandiwara Bintang Surabaya menulis lakon antara lain, Kris Bali, Bengawan Solo, Air Mata Ibu sudah difilmkan, Sija, Murdiati, dan Merah Delima. Rombongan Sandiwara Bintang Surabaya menyuguhkan pementasan-pementasan dramanya dengan cara lama seperti pada masa Dardanella, Komedi Bangsawan, dan Bolero, yaitu di antara satu dan lain babak diselingi oleh tarian-tarian, nyanyian, dan lawak. Secara istimewa selingannya kemudian ditambah dengan mode show, dengan peragawati gadis-gadis Indo Belanda yang cantik-cantik . Menyusul kemudian muncul rombongan sandiwara Dewi Mada, dengan bintang-bintang eks Bolero, yaitu Dewi Mada dengan suaminya Ferry Kok, yang sekaligus sebagai pemimpinnya. Rombongan sandiwara Dewi Mada lebih mengutamakan tari-tarian dalam pementasan teater mereka karena Dewi Mada adalah penari terkenal sejak masa rombongan sandiwara Bolero. Cerita yang dipentaskan antara lain, Ida Ayu, Ni Parini, dan Rencong Aceh. Hingga tahun 1943 rombongan sandiwara hanya dikelola pengusaha Cina atau dibiayai Sendenbu karena bisnis pertunjukan itu masih asing bagi para pengusaha Indonesia. Baru kemudian Muchsin sebagai pengusaha besar tertarik dan membiayai rombongan sandiwara Warna Sari. Keistimewaan rombongan sandiwara Warna Sari adalah penampilan musiknya yang mewah yang dipimpin oleh Garsia, seorang keturunan Filipina, yang terkenal sebagi Raja Drum. Garsia menempatkan deretan drumnya yang berbagai ukuran itu memenuhi lebih dari separuh panggung. Ia menabuh drum-drum tersebut sambil meloncat ke kanan – ke kiri sehingga menarik minat penonton. ceritacerita yang dipentaskan antara lain, Panggilan Tanah Air, Bulan Punama, Kusumahadi, Kembang Kaca, Dewi Rani, dan lain sebagainya. Rombongan sandiwara terkenal lainnya adalah rombongan sandiwara Sunda Mis Tjitjih, yaitu rombongan sandiwara yang digemari rakyat jelata. Dalam perjalanannya, rombongan sandiwara ini terpaksa berlindung di bawah barisan propaganda Jepang dan berganti nama menjadi rombongan sandiwara Tjahaya Asia yang mementaskan ceritacerita baru untuk kepentingan propaganda Jepang. Anjar Asmara, Ratna Asmara, dan Kama Jaya pada tanggal 6 April 1943, mendirikan rombongan sandiwara angkatan muda Matahari. Hanya kalangan terpelajar yang menyukai pertunjukan Matahari yang menampilakan hiburan berupa tari-tarian pada awal pertunjukan baru kemudian dihidangkan lakon sandiwara dari awal hingga akhir. Bentuk penyajian semacam ini di anggap kaku oleh penonton umum yang lebih suka unsur hiburan disajikan sebagai selingan babak satu dengan babak lain sehingga akhirnya dengan terpaksa rombongan sandiwara tersebut mengikuti selera penonton. Lakon-lakon yang ditulis Anjar Asmara antara lain, Musim Bunga di Slabintana, Nusa Penida, Pancaroba, Si Bongkok, Guna-guna, dan Jauh di Mata. Kama Jaya menulis lakon antara lain, Solo di Waktu Malam, Kupu-kupu, Sang Pek Engtay, Potong Padi. Dari semua lakon tersebut ada yang sudah di filmkan yaitu, Solo di Waktu Malam dan Nusa Penida. Pertumbuhan sandiwara profesional tidak luput dari perhatian Sendenbu. Jepang menugaskan Dr. Huyung Hei Natsu Eitaroo, ahli seni drama atas nama Sendenbu memprakarsai berdirinya POSD Perserikatan Oesaha Sandiwara Djawa yang beranggotakan semua rombongan sandiwara profesional. Sendenbu menyiapkan naskah lakon yang harus dimainkan oleh setiap rombongan sandiwara karangan penulis lakon Indonesia dan Jepang, Kotot Sukardi menulis lakon, Amat Heiho, Pecah Sebagai Ratna, Bende Mataram, Benteng Ngawi. Hei Natsu Eitaroo menulis Hantu, lakon Nora karya Henrik Ibsen diterjemahkan dan judulnya diganti dengan Jinak-jinak Merpati oleh Armijn Pane. Lakon Ibu Prajurit ditulis oleh Natsusaki Tani. Oleh karena ada sensor Sendenbu maka lakon harus ditulis lengkap berikut dialognya. Para pemain tidak boleh menambah atau melebih-lebihkan dari apa yang sudah ditulis dalam naskah. Sensor Sendenbu malah menjadi titik awal dikenalkannya naskah dalam setiap pementasan sandiwara. Menjelang akhir pendudukan Jepang muncul rombongan sandiwara yang melahirkan karya ssatra yang berarti, yaitu Penggemar Maya 1944 pimpinan Usmar Ismail, dan D. Djajakusuma dengan dukungan Suryo Sumanto, Rosihan Anwar, dan Abu Hanifah dengan para anggota cendekiawan muda, nasionalis dan para profesional dokter, apoteker, dan lain-lain. Kelompok ini berprinsip menegakkan nasionalisme, humanisme dan agama. Pada saat inilah pengembangan ke arah pencapaian teater nasional dilakukan. Teater tidak hanya sebagai hiburan tetapi juga untuk ekspresi kebudayaan berdasarkan kesadaran nasional dengan cita-cita menuju humanisme dan religiositas dan memandang teater sebagai seni serius dan ilmu pengetahuan. Bahwa teori teater perlu dipelajari secara serius. Kelak, Penggemar Maya menjadi pemicu berdirinya Akademi Teater Nasional Indonesia di Jakarta. 5. Teater Indonesia Tahun 1950-an Setelah tokohg kemerdekaan, peluang terbuka bagi seniman untuk merenungkan perjuangan dalam tokohg kemerdekaan, juga sebaliknya, mereka merenungkan peristiwa tokohg kemerdekaan, kekecewaan, penderitaan, keberanian dan nilai kemanusiaan, pengkhianatan, kemunafikan, kepahlawanan dan tindakan pengecut, keiklasan sendiri dan pengorbanan, dan lain-lain. Peristiwa tokohg secara khas dilukiskan dalam lakon Fajar Sidik Emil Sanossa, 1955, Kapten Syaf Aoh Kartahadimaja, 1951, Pertahanan Akhir Sitor Situmorang, 1954, Titik-titik Hitam Nasyah Jamin, 1956 Sekelumit Nyanyian Sunda Nasyah Jamin, 1959. Sementara ada lakon yang bercerita tentang kekecewaan paska tokohg, seperti korupsi, oportunisme politis, erosi ideologi, kemiskinan, Islam dan Komunisme, melalaikan penderitaan korban tokohg, dan lain-lain. Tema itu terungkap dalam lakon-lakon seperti Awal dan Mira 1952, Sayang Ada Orang Lain 1953 karya Utuy Tatang Sontani, bahkan lakon adaptasi, Pakaian dan Kepalsuan oleh Akhdiat Kartamiharja 1956 berdasarkan The Man In Grey Suit karya Averchenko dan Hanya Satu Kali 1956, berdasarkan Justice karya John Galsworthy. Utuy Tatang Sontani dipandang sebagai tonggak penting menandai awal dari maraknya drama realis di Indonesia dengan lakonlakonnya yang sering menyiratkan dengan kuat alienasi sebagai ciri kehidupan moderen. Lakon Awal dan Mira 1952 tidak hanya terkenal di Indonesia, melainkan sampai ke Malaysia. Realisme konvensional dan naturalisme tampaknya menjadi pilihan generasi yang terbiasa dengan teater barat dan dipengaruhi oleh idiom Hendrik Ibsen dan Anton Chekhov. Kedua seniman teater Barat dengan idiom realisme konvensional ini menjadi tonggak didirikannya Akademi Teater Nasional Indonesia ATNI pada tahun 1955 oleh Usmar Ismail dan Asrul Sani. ATNI menggalakkan dan memapankan realisme dengan mementaskan lakon-lakon terjemahan dari Barat, seperti karyakarya Moliere, Gogol, dan Chekov. Sedangkan metode pementasan dan pemeranan yang dikembangkan oleh ATNI adalah Stanislavskian. Menurut Brandon 1997, ATNI inilah akademi teater modern yang pertama di Asia Tenggara. Alumni Akademi Teater Nasional yang menjadi aktor dan sutradara antara lain, Teguh Karya, Wahyu Sihombing, Tatiek Malyati, Pramana Padmadarmaya, Galib Husein, dan Kasim Achmad. Di Yogyakarta tahun 1955 Harymawan dan Sri Murtono mendirikan Akademi Seni Drama dan Film Indonesia ASDRAFI. Himpunan Seni Budaya Surakarta HBS didirikan di Surakarta. 6. Teater Indonesia Tahun 1970-an Jim Adi Limas mendirikan Studiklub Teater Bandung dan mulai mengadakan eksperimen dengan menggabungkan unsur-unsur teater etnis seperti gamelan, tari topeng Cirebon, longser, dan dagelan dengan teater Barat. Pada akhir 1950-an JIm Lim mulai dikenal oleh para aktor terbaik dan para sutradara realisme konvensional. Karya penyutradaraanya, yaitu Awal dan Mira Utuy T. Sontani dan Paman Vanya Anton Chekhov. Bermain dengan akting realistis dalam lakon The Glass Menagerie Tennesse William, 1962, The Bespoke Overcoat Wolf mankowitz . Pada tahun 1960, Jim Lim menyutradari Bung Besar, Misbach Yusa Biran dengan gaya longser, teater rakyat Sunda. Tahun 1962 Jim Lim menggabungkan unsur wayang kulit dan musik dalam karya penyutradaraannya yang berjudul Pangeran Geusan Ulun Saini KM., 1961. Mengadaptasi lakon Hamlet dan diubah judulnya menjadi Jaka Tumbal 1963/1964. Menyutradarai dengan gaya realistis tetapi isinya absurditas pada lakon Caligula Albert Camus, 1945, Badak-badak Ionesco, 1960, dan Biduanita Botak Ionesco, 1950. Pada tahun 1967 Jim Lim belajar teater dan menetap di Paris. Suyatna Anirun, salah satu aktor dan juga teman Jim Lim, melanjutkan apa yang sudah dilakukan Jim Lim yaitu mencampurkan unsurunsur teater Barat dengan teater etnis. Peristiwa penting dalam usaha membebaskan teater dari batasan realisme konvensional terjadi pada tahun 1967, Ketika Rendra kembali ke Indonesia. Rendra mendirikan Bengkel Teater Yogya yang kemudian menciptakan pertunjukan pendek improvisatoris yang tidak berdasarkan naskah jadi wellmade play seperti dalam drama-drama realisme. Akan tetapi, pertunjukan bermula dari improvisasi dan eksplorasi bahasa tubuh dan bebunyian mulut tertentu atas suatu tema yang diistilahkan dengan teater mini kata menggunakan kata seminimal mungkin. Pertunjukannya misalnya, Bib Bop dan Rambate Rate Rata 1967,1968. Didirikannya pusat kesenian Taman Ismail Marzuki oleh Ali Sadikin, gubernur DKI jakarta tahun1970, menjadi pemicu meningkatnya aktivitas, dan kreativitas berteater tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di kota besar seperti Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Medan, Padang, Palembang, Ujung Pandang, dan lain-lain. Taman Ismail Marzuki menerbitkan 67 enam puluh tujuh judul lakon yang ditulis oleh 17 tujuh belas pengarang sandiwara, menyelenggarakan festival pertunjukan secara teratur, juga lokakarya dan diskusi teater secara umum atau khusus. Tidak hanya Stanislavsky tetapi nama-nama seperti Brecht, Artaud dan Grotowsky juga diperbincangkan. Di Surabaya muncul bentuk pertunjukan teater yang mengacu teater epik Brecht dengan idiom teater rakyat kentrung dan ludruk melalui Basuki Rahmat, Akhudiat, Luthfi Rahman, Hasyim Amir Bengkel Muda Surabaya, Teater Lektur, Teater Melarat Malang. Di Yogyakarta Azwar AN mendirikan teater Alam. Mohammad Diponegoro dan Syubah Asa mendirikan Teater Muslim. Di Padang ada Wisran Hadi dengan teater Padang. Di Makasar, Rahman Arge dan Aspar Patturusi mendirikan Teater Makasar. Lalu Teater Nasional Medan didirikan oleh Djohan A Nasution dan Burhan Piliang. Tokoh-tokoh teater yang muncul tahun 1970-an lainnya adalah, Teguh Karya Teater Populer, D. Djajakusuma, Wahyu Sihombing, Pramana Padmodarmaya Teater Lembaga, Ikranegara Teater Saja, Danarto Teater Tanpa Penonton, Adi Kurdi Teater Hitam Putih. Arifin C. Noor Teater Kecil dengan gaya pementasan yang kaya irama dari blocking, musik, vokal, tata cahaya, kostum dan verbalisme naskah. Putu Wijaya teater Mandiri dengan ciri penampilan menggunakan kostum yang meriah dan vokal keras. Menampilkan manusia sebagai gerombolan dan aksi. Fokus tidak terletak pada aktor tetapi gerombolan yang menciptakan situasi dan aksi sehingga lebih dikenal sebagai teater teror. N. Riantiarno Teater Koma dengan ciri pertunjukan yang mengutamakan tata artistik glamor. 7. Teater Indonesia Tahun 1980 – 1990-an Tahun 1980-1990-an situasi politik Indonesia kian seragam melalui pembentukan lembaga-lembaga tunggal di tingkat nasional. Ditiadakannya kehidupan politik kampus sebagai akibat peristiwa Malari 1974. Dewan-dewan Mahasiswa ditiadakan. Dalam latar situasi seperti itu lahir beberapa kelompok teater yang sebagian merupakan produk festival teater. Di Jakarta dikenal dengan Festival Teater Jakarta sebelumnya disebut Festival Teater Remaja. Beberapa jenis festival di Yogyakarta, di antaranya Festival Seni Pertunjukan Rakyat yang diselenggarakan Departemen Penerangan Republik Indonesia 1983. Di Surabaya ada Festival Drama Lima Kota yang digagas oleh Luthfi Rahman, Kholiq Dimyati dan Mukid F. Pada saat itu lahirlah kelompok-kelompok teater baru di berbagai kota di Indonesia. Di Yogyakarta muncul Teater Dynasti, Teater Jeprik, Teater Tikar, Teater Shima, dan Teater Gandrik. Teater Gandrik menonjol dengan warna teater yang mengacu kepada roh teater tradisional kerakyatan dan menyusun berita-berita yang aktual di masyarakat menjadi bangunan cerita. Lakon yang dipentaskan antra lain, Pasar Seret, Meh, Kontrang- kantring, Dhemit, Upeti, Sinden, dan Orde Tabung. Di Solo Surakarta muncul Teater Gapit yang menggunakan bahasa Jawa dan latar cerita yang meniru lingkungan kehidupan rakyat pinggiran. Salah satu lakonnya berjudul Tuk. Di samping Gapit, di Solo ada juga Teater Gidaggidig. Di Bandung muncul Teater Bel, Teater Republik, dan Teater Payung Hitam. Di Tegal lahir teater RSPD. Festival Drama Lima Kota Surabaya memunculkan Teater Pavita, Teater Ragil, Teater Api, Teater Rajawali, Teater Institut, Teater Tobong, Teater Nol, Sanggar Suroboyo. Di Semarang muncul Teater Lingkar. Di Medan muncul Teater Que dan di Palembang muncul Teater Potlot. Dari Festival Teater Jakarta muncul kelompok teater seperti, Teater Sae yang berbeda sikap dalam menghadapi naskah yaitu posisinya sejajar dengan cara-cara pencapaian idiom akting melalui eksplorasi latihan. Ada pula Teater Luka, Teater Kubur, Teater Bandar Jakarta, Teater Kanvas, Teater Tetas selain teater Studio Oncor, dan Teater Kami yang lahir di luar produk festival Afrizal Malna,1999. Aktivitas teater terjadi juga di kampus-kampus perguruan tinggi. Salah satu teater kampus yang menonjol adalah teater Gadjah Mada dari Universitas Gadjah Mada UGM Yogyakarta. Jurusan teater dibuka di Institut Seni Indonesia ISI Yogyakarta pada tahun 1985. ISI menjadi satu-satunya perguruan tinggi seni yang memiliki program Strata 1 untuk bidang seni teater pada saat itu. Aktivitas teater kampus mampu menghidupkan dan membuka kemungkinan baru gagasan-gagasan artistik. 8. Teater Kontemporer Indonesia Teater Kontemporer Indonesia mengalami perkembangan yang sangat membanggakan. Sejak munculnya eksponen 70 dalam seni teater, kemungkinan ekspresi artistik dikembangkan dengan gaya khas masingmasing seniman. Gerakan ini terus berkembang sejak tahun 80- an sampai saat ini. Konsep dan gaya baru saling bermunculan. Meksipun seni teater konvensional tidak pernah mati tetapi teater eksperimental terus juga tumbuh. Semangat kolaboratif yang terkandung dalam seni teater dimanfaatkan secara optimal dengan menggandeng beragam unsur pertunjukan yang lain. Dengan demikian, wilayah jelajah ekspresi menjadi semakin luas dan kemungkinan bentuk garap semakin banyak.
ATNIbanyak melahirkan tokoh-tokoh teater, di antaranya: Wahyu Sihombing, Teguh K perkembangan teater dan naskah lakon di tanah air terus meningkat, baik dalam jumlah grup maupun dalam ragam bentuk pementasan. Grup-grup yang aktif menyelenggarakan pementasan di tahun 1958-1964 adalah Teater Bogor, STB Bandung, Studi Grup Drama Djogja, Seni Bab 1 - Apresiasi Karya Seni Teater Daerah 3 roh nenek moyang dan kekuatan-kekuatan gaib lainnya, seperti pohon besar, batu besar, dan senjata-senjata, bisa dimintai pertolongan untuk melepaskan kesulitan-kesulitan hidupnya. Maka, harapan-harapan akan bantuan dari hal-hal gaib ini juga tercurah dalam bentuk-bentuk prosesi teatrikal untuk acara tolak bala, mengusir penyakit, mengusir roh jahat, meminta perlindungan desa dari roh-roh maupun dewa-dewa yang dianggap bisa menolong. Jacob Sumarjo dalam bukunya Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia membagi proses kemunculan teater tradisi ber- dasarkan tiga kriteria, yaitu teater dengan religi asli, teater dengan religi Hindu dan Budha, dan teater dengan religi Islam. Banyak dari kelompok masyarakat adat yang mengalami perubahan kebudayaan, tetapi ada juga yang tetap berpegang pada adat yang dibawa nenek moyang. Sehingga relatif masih murni belum tersentuh budaya asing selama sejarahnya sampai permulaan abad 20, tetapi ada juga yang mengalami perubahan karena masuknya kebudayaan asing. Wilayah yang mengalami persentuhan dengan kebudayaan Hindu- Buddha dapat dilihat di Bali-Lombok Barat. Sedang yang mengalami persentuhan dengan kebudayaan Hindu-Buddha dan Islam adalah Melayu, Minangkabau, Jambi, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sunda, dan Jawa. Sedangkan wilayah budaya yang langsung mendapat pengaruh Islam agak dominan adalah Aceh, Bugis-Makasar, Halmahera- Ternate, dan Maluku. Tentu saja ini hanya merupakan garis besar yang dilihat berdasarkan sejarah masuknya budaya asing ke Indonesia dengan kepentingan melihat kemungkinan berkembangnya teater rakyat ber- dasarkan masuknya pengaruh asing tadi. Fungsi pokok yang paling dominan dari perilaku teater tradisional pada masyarakat adalah sebagai berikut. 1. Peringatan atau penghormatan kepada nenek moyang dengan mem- pertontonkan kegagahan maupun kepahlawanannya. 2. Memanggil kekuatan gaib roh-roh pelindung untuk hadir di tempat terselenggaranya pertunjukan. 3. Pemanggil roh-roh yang dianggap nenek moyang yang baik untuk mengusir roh-roh jahat. 4. Pelengkap upacara yang diselenggarakan pada saat tertentu dalam siklus waktu. 5. Pelengkap upacara sehubungan dengan peringatan tingkatan hidup seseorang. Seni Teater SMPMTs Kelas VII 4 Kamu sudah mempelajari proses kemunculan teater tradisi daerah, baik pada masyarakat mesolitik yang menggunakan proses berburu sebagai mata pencaharian dan masyarakat neolitik yang agraris. Sekarang tugas kamu adalah mencari bentuk-bentuk proses prilaku teatrikal yang ada di daerahmu Tuliskan dalam buku tugasmu dan berikan apresiasi terhadap proses treatrikal daerahmu tersebut 2. Ragam Teater Tutur a. Pantun Sunda Pantun Sunda berasal dari Bumi Parahyangan atau Sunda sebagai wujud pemujaan terhadap Dewi Sri dewi padi. Dalam bahasa Sunda dan Jawa kata pantun berarti padi. Pantun Sunda biasa dibaca- kan dalam acara, antara lain kelahiran, khitanan, perkawinan, kematian, ruwatan, dan nazar. Fungsi religiusnya jauh lebih kuat dari fungsi hiburannya di mana sebelum pembacaan dimulai, tuan rumah atau yang punya hajat harus menyediakan sesajen. b. Dalang Jemblung Banyumas Teater tutur ini sebenarnya bersumber dari pertunjukan wayang kulit, hanya saja tutur, dialog, gamelan, dan sebagainya dilakukan dengan suara mulut vokal oleh seseorang atau beberapa orang. Dalam adegan perang dengan senjata, biasanya dipakai kundhi seperti senjata tajam berbentuk pisau yang berfungsi sebagai cempaladhodhogan. Pesindennya merangkap sebagai pemain wanita atau permaisuri dalam dialog. Tradisi pertunjukan ini ber- asal dari upacara nguyen, yaitu berjaga semalam suntuk waktu kelahiran bayi sambil mendengarkan macapatan atau pembacaan cerita dalam bentuk puisi Jawa. c. Kentrung Jawa Timur Kentrung adalah bentuk teater rakyat berupa penyampaian cerita secara lisan di depan penonton oleh seorang dalang. Diduga muncul pada zaman Kesultanan Demak dan berkembang di wila- yah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan sebutan yang berbeda-beda. Kentrung dipentaskan kalau ada upacara merayakan khitanan, tujuh bulan kehamilan, perkawinan, atau tolak bala. Cerita dituturkan Sumber http Gambar Pemain Kentrung sedang latihan di hadapan warga desa TeaterKoma lahir dari sebuah lingkungan tertentu yang sedikit banyak telah membuat Teater Koma memperoleh bentuknya seperti yang sekarang ini. kemunculan teater ini diawali pada tahun 1960-an dengan berkembangnya teater modern Indonesia di tiga kota besar, yaitu Jakarta oleh Teguh Karya, Bandung oleh Jim Adilimas, dan Yogyakarta oleh W.S. Rendra.
Teater Nusantara merupakan teater bagian dari masyarakat di wilayah Indonesia. Di mana teater Nusantara memiliki ciri khas, keindahan, keunikan, dan pesan moral kepada masyarakat.. Banyak bentuk pementasan teater di Indonesia membawa pesan moral yang biasanya cukup penting. Kondisi inilah yang membuat seni teater memiliki
Dandapat dikatakan bahwa teater merupakan perpaduan segala macam pernyataan seni. 1. Bentuk Teater Indonesia berdasarkan pendukungnya. a. Teater rakyat yaitu teater yang didukung oleh masyarakat kalangan pedesaan , bentuk teater ini punya karakter bebas tidak terikat oleh kaidah-kaidah pertunjukan yang kaku, sifat nya spontan,improvisasi.
Kemunculanbanyak naskah teater yaitu pada periode a. kontemporer b. produktif c. perkembangan d. pembangunan e. tradisional. Question from @Kabisyah -
Selintastentang Teater Modern Indonesia. Teater modern, suatu istilah yang dikaitkan dengan pengaruh dari Barat. Ciri utamanya lakon-lakon yang dimainkan menggunakan naskah tertulis. Dapat dikatakan, Teater Modern mulai tumbuh sejak tahun 1920-an (utamanya dalam hal kesusastraan yang terkait dengan lahirnya naskah-naskah lakon, yang diawali
.
  • 0jptqxl6b2.pages.dev/195
  • 0jptqxl6b2.pages.dev/338
  • 0jptqxl6b2.pages.dev/421
  • 0jptqxl6b2.pages.dev/61
  • 0jptqxl6b2.pages.dev/259
  • 0jptqxl6b2.pages.dev/166
  • 0jptqxl6b2.pages.dev/172
  • 0jptqxl6b2.pages.dev/171
  • kemunculan banyak naskah teater yaitu pada periode